Sama halnya seperti seloka dan karmina, talibun juga merupakan salah satu bentuk puisi lama yang mirip seperti pantun. Yang membedakan antara pantun dan talibun adalah jumlah larik atau baris pada satu bait.
Jika pantun memiliki 4 baris dalam satu baris, maka talibun memiliki lebih dari 4 baris bahkan bisa sampai 12 baris. Itulah mengapa talibun juga disebut sebagai pantun panjang.
Talibun biasanya mengangkat tema kebesaran atau kehebatan seseorang atau tempat, keajaiban benda atau peristiwa, serta hal-hal yang berkaitan dengan adat, agama, atau nasihat.
Pengertian Talibun
Ciri-Ciri Talibun
- Jumlah larik tiap bait lebih dari 4 baris dan biasanya selalu genap seperti 6, 8, 10, 12, dan seterusnya.
- Setengah baris awal talibun adalah sampiran, setengah baris akhir merupakan isi.
- Termasuk jenis puisi bebas.
- Ada beberapa baris dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian.
- Isinya berdasarkan sesuatu yang diceritakan secara terperinci.
- Gaya bahasa yang luas dan lumrah (pengandian terhadap bahasa berirama seperti pengulangan dan lain-lain).
- Merupakan bahan penting dalam mengkaryaan cerita penglipur lara.
- Tidak ada pembayang. Setiap susunan bisa mengartikan satu kelengkapan cerita.
Fungsi Talibun
- Menceritakan keagungan atau kejayaan sesuatu kawasan dan lain sebagainya.
- Menceritakan fenomena objek atau kejadian.
- Menceritakan keindahan atau kejayaan seseorang.
- Menceritakan perbuatan dan perilaku manusia.
- Menceritakan perilaku atau seakan-akan terjadi pertempuran di masa lalu.
- Mengisahkan kecantikan seseorang.
- Menjelaskan suatu perkara.
Contoh Talibun
Enam Baris
- Mencari ikan memakai jala
Ikan sirna tak tahu kemana
Meninggalkan harap di ujung usaha
Tiada hari tanpa duka merana
Kelak engkau di masa tua
Jika tak manfaatkan masa muda - Berlayar ke pulau antah berantah
Menerjang gulungan ombak
Bersama nahkoda tak kenal kalah
Agar kau tak bersusah payah
Melewati masa depanmu kelak
Tuntutlah ilmu tak kenal lelah. - Anak kecil belajar menari
Jatuh berkali-kali tak mengapa
Karena pasti selalu bangun
Sedih rasanya hatiku ini
Melihat kau berjalan dengannya
Delapan Baris
- Hujan deras akhirnya datang jua
Membasahi alam sekitarnya
Rumput hijau tumbuh tanpa diterka
Sungguh indah alam dengan nuansa
Sayangi kedua orang tua
Jangan mengeluh kepadanya
Jangan pula menyakiti mereka
Agar mendapat ridho Tuhan Maha Kuasa - Tangkap singa siapkan parang
Parang tajam hilangkan sengsara
Macan mati tinggalkan permata
Untuk persembahan bagi adinda
Kakanda mengarungi lautan garang
Untuk pergi demi hilangkan lara
Disini adinda tak pernah pejamkan mata
Demi menunggu kepulangan kakanda. - Safari religi ke kota Mekkah.
Tidak lupa membeli kurma
Kurma muda untuk sebuah cita
Cita dari cinta dan jenaka
Hidup di dunia haruslah beribadah
Jalankan semua perintah agama
Itu perintah dari Sang Pencipta
Agar masuk surga dan jauh dari neraka.
Sepuluh Baris
- Bunga di pasar sangat bergelimang
Semua bertebaran di atas genangan
Genangan membuat noda menghitam
Kelam dan tiada mengering
Tergeletak di tengah jalanan
Andaikan kebahagiaan mulai menghilang
Kemudian timbullah semua kenangan
Kau jangan menangis sehari semalam
Kau jangan menangis hingga mata kering
Ingatlah Tuhan sumber kebahagiaan - Jalan-jalan ke kota batik
Tak lupa membeli cinderamata
Cinderamata yang cantik dan indah
Untuk dijadikan pajangan rumah
Diletakkan di ruang tengah
Perbanyaklah berbuat baik
Berbuat baik kepada sesama
Kepada teman-teman dan keluarga
Tanpa membeda-bedakan siapa saja
Niscaya balasan baik akan diterima - Berburu mengejar menjangan dengan panah ungu
Menjangan lari tunggang langgang melihat garangnyan pemburu
Pemburu yang lain gunakan senapan berlaras
Berharap dapatkan tumpukan daging menjangan
Berharap nanti malam dapat menikmati daging menjangan gurih dan kenyal
Kejarlah akhirat seperti engkau mengejar buruanmu
Kejarlah duniamu seperti engkau mengejar mangsamu
Dengan begitu engkau akan hidup dengan selaras
Antara duniawi dan ukhrowi yang dianaktirikan
Semua untuk kebahagiaan yang hakiki dan kekal
Dua Belas Baris
- Bangun tidur langsung lari pagi
Lari pagi di jalanan kampung yang sepi
Dekat sawah yang banyak petani
Udaranya segar hawanya asri
Suara burung berkicau dan berseri
Suasananya masih nyaman sekali
Ketika semua temanmu sudah pergi
Dan tak ada yang mau kembali
Janganlah kau muram bersedih
Ingatlah jika kau tidak sendiri
Ada keluarga di rumah yang menanti
Yang akan selalu ada sampai nanti - Sang senja pun telah tiba
Waktu siang pun sudah tiada
Langit pun mulai berwarna jingga
Matahari pun kian berlabuh
Menuju arah barat di sana
Dan waktu malam pun akan tiba
Dia adalah si kakek tua
Yang rajin kerja meski tak muda
Selalu gigih dalam bekerja
Dan tidak pernah dia mengeluh
Namun dirinya kini tiada
Membuat semua jadi berduka - Aku siapkan sebuah pena
Dan juga kertas secarik
Di sana aku mulai mengarang
Sebuah kisah percintaan
Yang membuat rasa pilu di hati
Yang buat pembaca jadi bersedih
Siang hari pun sudah tiba
Membawa sinar panas yang terik
Membuat kulit bagai terpanggang
Di atas wajan penggorengan
Dengan api yang tengah tinggi
Dengan minyak yang tengah didih
Demikian penjelasan selengkapnya tentang talibun beserta contoh-contohnya. Semoga artikel ini bermanfaat dan selamat belajar.
Kamu juga bisa mempelajari materi bahasa Indonesia lainnya secara gratis kapan saja dan di mana saja melalui Ayo Berbahasa.
0 komentar
Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif