Kalimat kias adalah kalimat yang di dalamnya mengandung kata dengan makna yang tidak sebenarnya. Jadi, kalimat ini berisi kata dengan makna konotasi, bukan denotasi.
Kata-kata yang ada di dalam kalimat tidak dimaknai secara harfiah, melainkan secara imajinatif, perbandingan, atau simbolis. Sebagai contoh, pada kalimat "Dia adalah tulang punggung keluarga" maknanya bukan orang itu memiliki tulang punggung, melainkan seseorang yang dianggap sebagai penopang ekonomi keluarga.
Contoh Kalimat Kias
Selain contoh tersebut, berikut ini contoh kalimat kias lainnya yang bisa kamu pelajari beserta artinya.
- Dia adalah kutu buku sejak kecil. (Kutu buku: orang yang gemar membaca)
- Rina menjadi bunga desa di kampungnya. (Bunga desa: gadis tercantik di desa)
- Jangan jadi lintah darat. (Lintah darat: rentenir)
- Amir adalah otak bisnis perusahaan itu. (Otak bisnis: pemikir utama)
- Ia menjadi kaki tangan bos besar. (Kaki tangan: anak buah/antek)
- Jangan besar kepala setelah menang. (Besar kepala: sombong)
- Dia buah hati orang tuanya. (Buah hati: anak kesayangan)
- Budi menjadi kuda hitam di lomba itu. (Kuda hitam: peserta tak diperhitungkan tapi menang)
- Ia dijadikan kambing hitam. (Kambing hitam: orang yang disalahkan)
- Wajahnya pucat bagai mayat hidup. (Mayat hidup: sangat pucat)
- Ia seperti matahari bagi keluarganya. (Matahari: sumber semangat)
- Hidup ini umpama roda. (Roda: kadang di atas, kadang di bawah)
- Senyumnya laksana embun pagi. (Embun pagi: menyejukkan)
- Ia bagai lilin yang rela terbakar demi orang lain. (Lilin: berkorban)
- Suaranya seperti petir di siang bolong. (Petir: mengejutkan)
- Ia bagai air di daun talas. (Air di daun talas: tidak tetap pendirian)
- Hidupnya laksana kapal tanpa nakhoda. (Kapal tanpa nakhoda: tidak terarah)
- Ia seperti singa lapar saat marah. (Singa lapar: sangat garang)
- Persahabatan mereka bagai dua sisi mata uang. (Dua sisi mata uang: tak terpisahkan)
- Aku sudah menunggu sejuta tahun. (Sejuta tahun: sangat lama)
- Tangisnya mengguncang langit. (Mengguncang langit: sangat keras)
- Tugas ini membuat kepalaku meledak. (Meledak: sangat pusing)
- Larinya secepat kilat. (Kilat: sangat cepat)
- Suaranya menggelegar bagai guntur. (Guntur: sangat keras)
- Perutku keroncongan setengah mati. (Setengah mati: sangat lapar)
- Rumah itu tingginya menjulang ke langit. (Menjulang ke langit: sangat tinggi)
- Aku sudah bilang seribu kali. (Seribu kali: sangat sering)
- Senyumnya bisa mencairkan gunung es. (Mencairkan gunung es: sangat menawan)
- Beban hidupnya seberat gunung. (Gunung: sangat berat)
- Angin malam ini berbisik lembut. (Berbisik: angin terasa menyejukkan)
- Matahari tersenyum cerah pagi ini. (Tersenyum: cuaca cerah)
- Daun-daun menari ditiup angin. (Menari: daun bergoyang)
- Ombak berlari mengejar pantai. (Berlari: ombak menghantam pantai)
- Hujan menyanyikan lagu sendu. (Menyanyikan lagu sendu: suasana melankolis)
- Bintang-bintang berkedip nakal. (Berkedip nakal: bintang berkelap-kelip)
- Jam dinding berteriak keras. (Berteriak: bunyi jam nyaring)
- Kota itu tak pernah tidur. (Tak pernah tidur: selalu ramai)
- Buku itu memanggilku untuk membaca. (Memanggil: sangat menarik)
- Jalanan merintih penuh lubang. (Merintih: jalan rusak)
- Indonesia meraih emas di Olimpiade. (Indonesia: atlet Indonesia)
- Atap rumah itu bocor. (Atap rumah: rumah secara keseluruhan)
- Mulut-mulut lapar menunggu bantuan. (Mulut lapar: orang-orang kelaparan)
- Seribu tangan membantu korban bencana. (Seribu tangan: banyak orang)
- Kepala keluarga wajib hadir. (Kepala keluarga: para ayah)
- Sepasang mata itu menatapku tajam. (Sepasang mata: seseorang)
- Roda dua dilarang masuk. (Roda dua: sepeda motor)
- Bendera merah putih berkibar gagah. (Bendera merah putih: Indonesia)
- Lima pasang kaki berlari di lapangan. (Lima pasang kaki: lima orang)
- Bibir pantai itu indah sekali. (Bibir pantai: garis pantai)
- Ia angkat tangan menghadapi masalah itu. (Angkat tangan: menyerah)
- Jangan cari muka di depan bos. (Cari muka: mencari perhatian)
- Ia berbadan dua sekarang. (Berbadan dua: hamil)
- Jangan besar mulut. (Besar mulut: suka berbohong)
- Ia buah bibir masyarakat. (Buah bibir: jadi bahan pembicaraan)
- Jangan main mata dengan lawan. (Main mata: berselingkuh/melirik)
- Kasus itu sudah sampai ke meja hijau. (Meja hijau: pengadilan)
- Ia sudah banyak makan garam. (Makan garam: berpengalaman)
- Jangan panjang tangan. (Panjang tangan: suka mencuri)
- Ia berdarah dingin. (Berdarah dingin: tidak punya belas kasihan)
- Ia naik pitam mendengar kabar itu. (Naik pitam: marah besar)
- Jangan tutup mata pada kesalahan. (Tutup mata: membiarkan)
- Ia turun tangan membantu korban banjir. (Turun tangan: ikut serta)
- Jangan cuci tangan setelah membuat masalah. (Cuci tangan: lepas tanggung jawab)
- Ia berhati emas. (Berhati emas: baik hati)
- Jangan berhati batu. (Berhati batu: keras hati)
- Ia ringan tangan membantu tetangga. (Ringan tangan: suka menolong)
- Ia bermulut manis. (Mulut manis: pandai merayu)
- Jangan panjang lidah. (Panjang lidah: suka menggosip)
- Ia bermata keranjang. (Mata keranjang: suka menggoda lawan jenis)
- Ia berhati baja menghadapi cobaan. (Berhati baja: tegar)
- Jangan berhati tikus. (Berhati tikus: penakut)
- Ia berhati singa. (Berhati singa: pemberani)
- Jangan berhati ular. (Berhati ular: licik)
- Ia berhati malaikat. (Berhati malaikat: sangat baik)
- Jangan berhati iblis. (Berhati iblis: jahat)
- Ia berjalan bagai raja. (Bagai raja: angkuh)
- Hidupnya bagai pelita. (Pelita: penerang)
- Ia seperti duri dalam daging. (Duri dalam daging: pengganggu)
- Hidupnya bagai mimpi buruk. (Mimpi buruk: penuh penderitaan)
- Ia seperti bintang jatuh. (Bintang jatuh: cepat hilang)
- Hidupnya bagai pelangi. (Pelangi: indah tapi sebentar)
- Ia seperti api dalam sekam. (Api dalam sekam: bahaya tersembunyi)
- Hidupnya bagai kapal karam. (Kapal karam: hancur)
- Ia seperti air bah. (Air bah: sangat deras)
- Hidupnya bagai debu di jalan. (Debu di jalan: tak berarti)
- Ia seperti gunung berapi. (Gunung berapi: mudah meledak marah)
- Hidupnya bagai wayang tanpa dalang. (Wayang tanpa dalang: tak punya arah)
- Ia seperti bulan purnama. (Bulan purnama: cantik)
- Hidupnya bagai bayangan. (Bayangan: tak nyata)
- Ia seperti batu karang di lautan. (Batu karang: kuat dan teguh)
- Hidupnya bagai daun kering tertiup angin. (Daun kering: tak berdaya)
- Ia seperti cahaya di kegelapan. (Cahaya di kegelapan: penolong)
- Hidupnya bagai mimpi indah yang singkat. (Mimpi indah singkat: kebahagiaan sementara)
- Ia seperti serigala berbulu domba. (Serigala berbulu domba: berpura-pura baik)
- Hidupnya bagai pasir di pantai. (Pasir di pantai: banyak tapi tak berarti)
- Ia seperti api yang membakar hutan. (Api membakar hutan: merusak besar)
- Hidupnya bagai ombak tak henti. (Ombak tak henti: penuh cobaan)
- Ia seperti peluru yang melesat. (Peluru melesat: sangat cepat)
- Hidupnya bagai awan yang berlalu. (Awan berlalu: tidak menetap).
Demikian penjelasan mengenai pengertian dan contoh kalimat kias lengkap dengan maknanya. Semoga bermanfaat dan bagikan artikel ini supaya kita bisa sama-sama belajar.


0 komentar
Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif