RajaBackLink.com

2 Jenis Majas Simile dan Contohnya [Lengkap]

Majas simile

Sebagai salah satu majas perbandingan paling sering muncul dalam karya sastra, kita wajib tahu apa itu majas simile dan bagaimana cara penggunaannya. Karena cara berbahasa ini bisa membuat kalimat yang awalnya biasa saja jadi terdengar lebih ekspresif dan hidup.

Majas simile pun sering kita dengar dalam kata-kata motivasi atau nasihat yang sifatnya membangun semangat. Walaupun bukan berarti majas ini hanya bisa digunakan untuk kalimat yang maknanya positif saja.

Agar lebih jelas, mari pelajari apa yang dimaksud dengan simile pada artikel hari ini.

 

Apa Itu Majas Simile?

Secara etimologi, "Simile" adalah kata yang diambil dari Bahasa Latin dengan arti perbandingan antara satu benda dengan benda lain yang punya karakter atau penggambaran serupa. Majas ini bisa digunakan untuk mempermudah penjelasan sebuah situasi, atau bisa juga untuk membuat emosi dalam kalimat semakin menyentuh pembaca.

Contoh sederhana dari simile adalah, "Hatinya yang luka seakan disayat oleh 1000 pisau oleh mantannya".

Padahal kalimat tersebut punya makna yang sama seperti "Hatinya sedang terluka" atau "Ia sedang sakit hati". Tapi kita bisa lihat sendiri mana kalimat dengan ekspresi lebih dalam dan mana kalimat yang biasa saja.

Itulah mengapa majas simile sering kali ditemukan dalam karya sastra seperti sajak, lirik lagu, dan puisi.

Walaupun cara berbahasa ini juga bisa digunakan dalam percakapan sehari-hari. misalnya kalimat "Larimu kencang sekali seperti macan" atau "Kue ini terlalu manis seperti makan gula". Keduanya sama-sama merupakan contoh majas simile, tapi dalam kategori yang lebih umum dan tidak terlalu hiperbola.

 

Pengertian Majas Simile Menurut Para Ahli

Menurut Rachmat Djoko Pradopo dalam buku "Pengkajian Puisi" (1987), dijelaskan bahwa simile merupakan hal yang menyamakan bahasa kias dengan kata-kata yang mempergunakan perbandingan.

Sedangkan dalam buku "The Bedford Glossary of Critical and Literary Terms", simile adalah figure of speech atau cara berbicara dengan membandingkan dua hal secara langsung.

 

4 Ciri Majas Simile

Ciri majas simile ada 4, yaitu:

  • Selalu menggunakan kata penghubung
  • Mengandung kata yang menggambarkan sesuatu
  • Maknanya jelas
  • Bersifat hiperbola

Mari kita bahas satu per satu dari tiap ciri ini lebih jelas lagi.

 

Selalu Punya Kata Penghubung

Rachmat Djoko Pradopo menjelaskan setidaknya ada 8 kata penghubung dalam simile. Diantaranya yaitu :

  1. Bak
  2. Laksana
  3. Bagaikan
  4. Se-
  5. Seperti
  6. Semisal
  7. Bagai
  8. Penaka

8 kata kunci ini merupakan ciri paling mudah untuk diperhatikan kalau kita diminta mencari kalimat bermajas simile dalam sebuah paragraf.

 

Mengandung Kata yang Menggambarkan Sesuatu

Umumnya dalam majas simile, salah satu dari delapan kata penghubung tadi diikuti dengan kata yang menggambarkan sesuatu. Misalnya "Cepat seperti macan", "Indah seperti bulan", "Harum seperti mawar", dan masih banyak lagi.

Artinya kata setelah kata penghubung berfungsi sebagai visualisasi atau penggambaran dari objek pertama dalam kalimat tersebut.

Karena kalau kita hanya bilang "Larinya sangat cepat". Bisa saja sang pendengar tidak tahu seperti apa definisi cepat yang kita maksud.

Sedangkan jika memberi penjelasan yang sifatnya teknis, misalnya "Kecepatan larinya 30 KM/jam" maka pembaca harus membayangkan objek yang bergerak dengan kecepatan tersebut.

Itulah mengapa dalam majas simile kita menggunakan objek lain sebagai pembanding.

 

Maknanya Jelas dan Bisa Ditebak

Masih bicara tentang kejelasan dalam kalimat, makna dari majas simile juga selalu mudah ditebak berkat visualisasi alias penggambaran dari objek pembanding itu tadi. Sebenarnya ciri ini berhubungan juga dengan yang membedakan antara simile dan majas metafora. Tapi kita akan membahasnya nanti.

Makna yang jelas pada kalimat simile didapat dari perbandingan antara dua objek berbeda yang punya kesamaan otentik. Misalnya bunga mawar terkenal akan keharumannya. Sehingga objek yang harum akan dibandingkan dengan bunga mawar.

 

Hiperbola atau Melebih-lebihkan

Terakhir, kalimat dalam simile selalu terdengar melebih-lebihkan alias hiperbola. Kita bisa lihat sendiri di contoh paling awal, "Hatinya Hatinya yang luka seakan disayat oleh 1000 pisau oleh mantannya". Padahal jika didefinisikan secara harfiah, tidak ada orang yang bisa bertahan hidup karena luka oleh 1000 pisau di hati.

Itulah kenapa majas simile disebut sebagai cara berbicara hyperbolic.

 

Perbedaan Majas Simile dan Metafora

Tapi sudah kita sebutkan sedikit tentang simile yang selalu memvisualisasikan objek pembandingnya dengan sesuatu yang jelas. Sehingga maknanya mudah ditebak tanpa harus membaca tafsir atau semacamnya.

Sedangkan majas metafora punya kebalikan dari simile. Sebab makna dalam kalimat metafora sulit ditebak karena penggunaan kata-kata dan pembanding ambigu.

Selain itu, majas metafora juga tidak punya kata penghubung apapun di dalamnya. Contohnya seperti, "Kamu tidak bosan, tinggal di dalam goa?". Padahal maksud "Tinggal di dalam goa" bukanlah tinggal di dalam terowongan gunung, melainkan tinggal di dalam ruangan gelap dan tidak pernah keluar rumah.

Sedangkan kalau kalimatnya mau diubah menjadi simile, strukturnya menjadi "Memangnya kamu tidak bosan, Tinggal di rumah seperti goa ini?"

 

2 Jenis Majas Simile

Coba kita flashback lagi dua contoh majas simile yang sudah dibahas sebelumnya.

  1. "Hatinya yang luka seakan disayat oleh 1000 pisau oleh mantannya"
  2. "Larimu kencang sekali seperti macan"

Kalau diperhatikan, kedua majas simile ini punya perbedaan dari segi kalimat atau objek yang digunakan sebagai pembanding.

Pada contoh pertama, objek pembandingnya sangat dramatis dan hiperbola. Sedangkan contoh kedua terasa biasa saja walaupun tetap hiperbola.

Itu karena ada 2 jenis simile, yaitu tradisional dan homeric. Mari kita bahas apa perbedaannya.

 

Simile Tradisional

Simile tradisional atau traditional rhetoric simile adalah jenis yang paling sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Contohnya seperti "kasar sekali dia seperti preman pasar minggu", atau "Kenapa mobil ini jalannya seperti keong?".

Semuanya sama-sama punya sifat hiperbola, mengandung kata penghubung, maknanya jelas, dan mengandung penggambaran dari situasi serupa.

Tapi hiperbolanya tidak sampai ke tahap dramatis sampai terdengar aneh dalam percakapan.

 

Simile Homeric

Nah, simile homeric adalah jenis yang lebih sering kita dengar di dalam karya sastra. Sebab objeknya dibandingkan dengan situasi yang dramatis. Kata "Homeric" sendiri diambil dari nama salah satu pengarang puisi ternama asal Yunani, yaitu Homer.

Simile homeric inilah yang sering membuat kita terkecoh antara kalimat simile dan metafora. Karena kadang dalam jenis homeric, perbandingannya menggunakan situasi yang ambigu juga.

Contoh paling terkenal bisa kita lihat dalam film maupun buku Forest Gump (1994)., dimana dalam salah satu dialognya diucapkan seperti berikut:

"Ibuku berkata hidup itu seperti coklat dalam kotak, kita tidak tahu yang mana yang akan kita dapat"

Karena menggandung kata penghubung "seperti", maka kalimat tersebut digolongkan sebagai simile.

Sedangkan ketika diucapkan lagi oleh sang tokoh utama, "Hidup adalah kotak coklat, kita tidak akan tahu isian apa yang akan kita dapat". Maka kalimat tersebut menjadi metafora.

Ternyata mempelajari majas simile tidak sesulit majas perbandingan lainnya. Sebab ada ciri-ciri yang selalu muncul dalam kalimat ini apapun jenis dan strukturnya. Tidak seperti alegori atau asosiasi yang lebih ambigu dan sulit ditebak.

 

Posting Komentar

Komentar yang sesuai dengan postingan dan tidak mengandung unsur negatif pasti akan disetujui oleh admin :)

Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif
Indonesia Website Awards