Nugroho Notosusanto adalah seorang sastrawan Indonesia yang digolongkan ke angkatan 66 oleh H.B. Jassin. Selain sebagai seorang penulis, tokoh yang satu ini juga pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan, yakni menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1985).
Nugroho Notosusanto, diantara pengarang semasanya lebih sering menulis esai dan cerpen. Padahal ketika itu pengarang lainnya banyak yang menulis sajak. Seperti apakah kisah hidup beliau? Ayo Berbahasa akan membahasnya pada konten "biografi Nugroho Notosusanto" berikut ini :
Biografi Nugroho Notosusanto
Daftar isi
Ayahnya bernama Prof. Mr. R.P. Notosusanto yang merupakan seorang guru besar di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Sementara itu, kakak Nugroho adalah pensiunan Patih Rembang dan kakak tertua ayah beliau merupakan pensiunan Bupati Rembang.
Nugroho Notosusanto memiliki seorang bernama Irma Savitri Ramelan yang dinikahinya pada tanggal 12 Desember 1960. Dari pernikahan tersebut Nugroho dikaruniai tiga orang anak, yaitu Indrya Smita, Inggita Sukma, dan Norottama.
1. Masa Kecil
Bakat mengarang Nugroho memang sudah terlihat sedari kecil. Beliau senang bila mengarang cerita bersama Budi Darma. Cerita Nugroho selalu bernapas perjuangan dan benar-benar menunjukkan semangat nasionalismenya.Menurut ayahnya, Nugroho mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Sebagai sastrawan, pada mulanya Nugroho menghasilkan sajak dan sebagian besar pernah dimuat di harian Kompas hingga akhirnya beliau lebih berfokus ke penulisan cerpen dan esai.
2. Pendidikan
Nugroho Notosusanto mengawali pendidikannya di Sekolah Rakyat Jakarta dan tamat tahun 1944. Selanjutnya, beliau melanjutkan studinya ke salah satu SMP di Pati dan lulus tahun 1947.Pada tahun 1951, Nugroho berhasil menyelesaikan pendidikan SMA di Yogyakarta. Tahun 1959 beliau lulus studi dari jurusan sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Selanjutnya Nugroho memperdalam ilmu metode sejarah dan filsafat sejarah di Universitas London (1960 - 1961).
Beliau mendapatkan Gelar doktor dalam Ilmu-Ilmu Sastra Bidang Sejarah tahun 1977, dengan tesis berjudul The Peta Army During the Japanese Occupation of Indonesia. Tahun 1979 Nugroho dikukuhkan sebagai guru besar Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Selama jadi mahasiswa Nugroho sangat aktif di organisasi kampus. Beliau pernah menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1952 - 1953), Ketua Gerakan Mahasiswa Jakarta (1955 - 1956), Ketua Serikat Pers Mahasiswa Indonesia (1955 - 1958), dan juga pernah menjadi Ketua Badan Kerja Sama Kesenian Mahasiswa Indonesia (1958).
Kisah tokoh jurnalis Indonesia : Mochtar Lubis.
3. Karir
Perjalanan karir seorang Nugroho Notosusanto terbilang cukup menarik. Selain menempuh karir di bidang tulis menulis, Nugroho juga pernah berkarir di pemerintahan bahkan pernah menjadi seorang tentara.Dalam bidang kemiliteran, Nugroho Notosusanto pernah menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Pelajar Brigade 17 (TKR) di Yogyakarta dari tahun 1945 hingga 1960. Beliau juga pernah mengajar di Lemhanas dan Sesko ABRI tahun 1964.
Tahun 1971 beliau menjadi Wakil Ketua Harian Badan Pembina Pahlawan Pusat dan di tahun 1974 menjadi anggota Dewan Pers. Dan di tahun 1975 Nugroho Notosusanto pernah mengajar di Sekolah Staf Dinas Luar Negeri, Departemen Luar Negeri RI.
Pada tanggal 19 Maret 1983, Nugroho dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam Kabinet Pembangunan IV era Presiden Soeharto. Selamat menjabat sebagai menteri, beliau pernah mengubah kurikulum, menghapus jurusan di SMA, dan menerapkan sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru (Sipenmaru).
Nugroho menjadi satu-satunya menteri yang mengeluarkan Surat Keputusan tentang tata laksana upacara resmi dan tata busana perguruan tinggi. Akan tetapi, sebelum SK ini terlaksana Nugroho terlebih dahulu dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sementara itu, di bidang tulis menulis dapat dikatakan perjalanan karirnya berjalan dengan baik. Nugroho melatih kemampuan menulisnya sedari kecil. Beberapa karyanya berhasil termuat di kompas.
Di samping sebagai sastrawan dan pengarang, beliau juga aktif menulis buku-buku ilmiah dan makalah dalam berbagai bidang ilmu, dan terjemahannya yang diterbitkan berjumlah 21 judul. Buku-buku tersebut sebagian besar merupakan lintasan sejarah dan kisah perjuangannya selama berkarir di militer.
Nugroho juga aktif dalam berbagai pertemuan ilmiah baik di dalam maupun luar negeri. Dalam kurun waktu 17 tahun dari 1959 hingga 1976 tercatat empat kali pertemuan ilmiah internasional yang dihadirinya.
Baca juga : perjalanan karir Usmar Ismail.
4. Karya
Sumber gambar : ensiklopedia.kemdikbud.go.id |
Salah satu karya cerpen beliau yang terkenal berjudul "Mbah Danu". Cerpen tersebut mengisahkan tentang dukun “Mbah Danu” yang terjadi di kota kelahirannya.
Nugroho juga pernah menerbitkan buku berjudul Tiga Kota berisi sembilan cerita pendek tahun 1953-1954. Judul Tiga Kota ini diambil dari setting cerita yang terjadi di tiga kota yakni Rembang, Yogyakarta, dan Jakarta. Kota-kota tersebut paling banyak memberinya inspirasi untuk bisa melahirkan sebuah cerita.
Beliau pernah membuat makalah yang berjudul "Soal Periodesasi dalam Sastra Indonesia". Dalam makalah tersebut, dijelaskan bahwa setelah tahun 1950 ada periode kesusastraan baru yang tidak dapat lagi dimasukkan ke dalam periodisasi sebelumnya.
Menurut Nugroho juga, pengarang yang mulai aktif menulis pada periode 1950-an adalah mereka yang mempunyai tradisi Indonesia sebagai titik tolaknya, serta memiliki pandangan yang luas ke seluruh dunia.
Nugroho juga pernah menulis skenario untuk film Pengkhianatan G 30 S/PKI yang memuat versi resmi Orde Baru mengenai tragedi tersebut. Film ini kemudian dijadikan tontonan wajib untuk pelajar di seluruh Indonesia, dan diputar sebagai acara rutin setiap tahun di TVRI pada malam tanggal 30 September dan berlangsung hingga tahun 1997. Tulisan tersebut menjadi salah satu yang paling kontroversial.
Pada tahun 1981, beliau pernah menulis buku Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara. Buku ini menimbulkan polemik di berbagai media massa. Bahkan tak sedikit yang mengecam buku tersebut karena dianggap sebagai pamflet politik.
Kisah Sastrawan dan Jurnalis terkemuka Indonesia, Rosihan Anwar.
5. Penghargaan
Atas sumbangsih Nugroho terhadap bangsa Indonesia, beliau mendapatkan beberapa penghargaan seperti Bintang Dharma, Bintang Gerilya, Bintang Yudha Dharma Nararya, dan Satyalancana Penegak.
6. Wafat
Tepat pada hari Senin, 3 Juni 1985 pukul 12.30 WIB Nugroho Notosusanto tutup usia di kediamannya karena serangan pendarahan otak akibat tekanan darah tinggi. Beliau meninggal dunia tepat pada bulan suci Ramadhan dan di kebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Biografi tokoh lainnya : Suman Hasibuan.
Demikian sedikit biografi tentang Nugroho Notosusanto, semoga bermanfaat dan bisa memberikan inspirasi bagi kalian semua. Seperti biasa, jangan lupa bagikan konten ini bila di rasa bermanfaat ya. Terima kasih.
0 komentar
Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif