Ketika sedang membaca majalah atau surat kabar, pasti kamu akan menemukan teks ulasan. Selain ada di koran dan majalah, teks satu ini juga ada di internet.
Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan teks ulasan itu? Bagaimana ciri-cirinya? Mari simak penjelasan selengkapnya pada artikel berikut ini.
Pengertian Teks Ulasan
Jadi bisa dikatakan, teks ulasan adalah teks yang berisi ulasan, kupasan, tafsiran, atau analisis tentang sesuatu hal. Sesuatu yang diulas ini bisa berupa buku, berita, novel, dongeng, ataupun lainnya.
Ulasan bisa berbentuk positif atau negatif tergantung bagaimana tanggapan pengulas. Teks ini memberikan analisis atau tanggapan yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan juga karakter yang ada di dalam teks tersebut.
Tujuan sebenarnya dari membuat ulasan adalah memberikan gambaran tentang bagaimana isi dan kualitas dari suatu karya kepada khalayak ramai.
Sebagai contoh, kamu belum pernah membaca novel Ayat-Ayat Cinta, dengan membaca ulasannya, kamu sudah menda gambaran bagaimana isi dan kualitas novel tersebut secara garis besar.
Tapi kembali lagi, ulasan ini bisa bersifat subjektif karena berdasarkan pemahaman pengulas. Jika kamu ingin memastikan kebenarannya, kamu tetap harus membaca novel tersebut sampai selesai. Teks ulasan juga disebut teks resensi.
Pengertian Teks Ulasan Menurut Ahli
Beberapa ahli memberikan pandangannya seputar pengertian ulasan yaitu sebagai berikut:
1. Hyland dan Diani
Menurut Hyland dan Diani, teks ulasan adalah teks yang berfungsi mengupas dan memberikan penilaian terhadap karya sastra yang mana sebagian besar akan menjadi tolok ukur untuk meningkatkan kualitas karya tersebut.
2. Isnatun dan Farida
Menurut Isnatun dan Farida, teks resensi adalah suatu tulisan yang berisi tentang penilaian atau pertimbangan sebuah karya yang diciptakan oleh orang lain.
3. Waluyo
Waluyo berpendapat bahwa teks resensi yaitu teks yang didalamnya berisi tentang suatu ulasan atau pertimbangan terhadap suatu karya
Ciri Teks Ulasan
- Menggunakan konjungsi. Adapun konjungsi yang digunakan adalah penerang (bahwa, yakni, yaitu); temporal (sejak, semenjak, kemudian, akhirnya); dan penyebab (karena dan sebab).
- Pada bagian akhir teks, ada pernyataan berupa saran atau rekomendasi. Biasanya ditandai dengan kata jangan, seharusnya, sebaiknya, atau hendaknya.
- Menggunakan kata sifat sikap seperti antagonis, teladan, eksotis, lembut, nakal,
- Menggunakan kata benda yang tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak.
- Menggunakan kata kerja yang tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan kesangatan.
- Menggunakan metafora
- Menggunakan kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu.
- Menggunakan kalimat kompleks baik kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat.
Struktur Teks Ulasan
1. Identitas Karya
Berisi identitas suatu karya yang diulas. Identitas terdiri dari judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal halaman, dan ukuran buku. Apabila yang diulas film atau lagu, identitas karya tidak dinyatakan secara langsung.
2. Orientasi
Pada bagian orientasi berisi gambaran umum suatu karya yang akan diulas. Seperti nama, kegunaan, dan lain sebagainya.
Orientasi biasanya berada di paraagraf awal sebelum sinopsis, analisis, evaluasi, dan rekomendasi.
3. Sinopsis
Sinopsis berisi rangkuman isi karya. Misalnya, jika kamu mengulas novel Laskar Pelangi, maka kamu juga harus menulis sedikit ringkasan bagaimana jalan cerita dari novel tersebut.
Tujuan pembuatan sinopsis adalah untuk memberikan gambaran bagaimana isi dari karya tersebut.
4. Tafsiran
Tafsiran adalah penilaian teks terhadap karya yang sedang diulas. Pada bagian ini, penulis akan mengulas kelebihan, kekurangan, kualitas, keunikan, dan hal lain dari suatu karya.
5. Evaluasi
Struktur berikutnya adalah evaluasi. Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan secara lebih mendalam karya yang diulasnya.
Biasanya hal yang dibahas seputar kelebihan dan kekurangan karya. Dengan begitu, pembaca menjadi tahu apakah karya tersebut layak untuk dibaca ataukah tidak.
6. Kesimpulan
Pada bagian ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari semua pembahasan. Selain itu, penulis juga memberikan komentar dan tanggapannya terhadap karya yang diulas.
Jenis-Jenis Teks Ulasan
Teks ulasan masih terbagi lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan isinya. Apa sajakah itu?
1. Teks Ulasan Informatif
Ulasan informatif adalah teks yang berisi gambaran singkat, padat, dan umum dari suatu karya. Ulasan ini hanya menjelaskan bagian-bagian penting saja menekankan kelebihan dan kekurangannya.
2. Teks Ulasan Deskriptif
Ulasan deskriptif adalah teks yang berisi gambaran secara mendetail. Diharapkan dengan adanya gambaran ini, pembaca bisa mendapatkan manfaat, informasi, dan kekuatan dari karya tersebut.
3. Teks Ulasan Kritis
Ulasan kritis adalah teks yang berisi informasi ulasan terperinci suatu karya dengan mengacu metode atau pendekatan ilmu pengetahuan tertentu. Teks ulasan ini dibuat secara objektif dan kritis bukan berdasarkan pandangan pribadi.
Contoh Teks Ulasan
![]() |
Foto: Getty Images/lechatnoir |
Aktifisme Bersajak Penghayat Alam
Oleh : Muhammad Khambali
Judul Buku : Kekasih Teluk
Penulis Buku : Saras Dewi
Penerbit : PBP Publishing/PWAG Indonesia
Cetakan : I, Mei 2017
Tebal : 124 halaman
Menyimak sajak demi sajak dalam buku ini mengantar kesenduan Saras Dewi berlagu : Menatap lembayung di langit Bali, dan kusadari betapa berharga kenanganmu. Di kala jiwaku tak terbatas, bebas berandal mengulang waktu. Saras Dewi, melalui “Kekasih Teluk” dan “Lembayung Bali”, lagu lawasnya lima belas tahun silam, mengungkap kegelisahan yang sama. Satu lewat lagu, satu lagi lewat puisi. Ia mengenang sekaligus mencemaskan Bali sebagai kampung halamannya.
Kita akan mendapati romantisisme dalam sajak-sajak Saras Dewi. Buku sajak “Kekasih Teluk” ini diakui Saras Dewi menjadi semacam ucapan terima kasihnya kepada Teluk Benoa, Bali. Saras Dewi lahir di Denpasar, kemudian meninggalkan Bali dan mengajar filsafat di Universitas Indonesia. Semenjak mengajar, Saras Dewi mengeluhkan hidupnya laksana mesin filsafat yang sehari-hari dihabiskan untuk membangun argumen kokoh dan logis.
Rasa puitiknya terenggut, digantikan kebisingan kota yang menuntut rutinitas dan kemonotonan. Bagi Saras Dewi, “Hari-hari saya bersama Teluk Benoa adalah keintiman yang mengisi jiwa dengan harapan. Ia memperbaharui hidup saya, menyambung kembali cinta yang sempat tercerai dengan kampong halaman.”
Menjadi seorang akademisi tidak membikin Saras Dewi berjarak dengan Bali ataupun laku aktivisme. Saras Dewi adalah seorang intelektual yang merasa tidak munkin berdiam diri saja di rumah ilmu, yakni universitas. Saras Dewi tidak ingin seperti jamaknya intelektual di Indonesia yang nyaman berada di menara gading dalam balutan gelar, martabat, ataupun pekerjaan akademik.
Setidaknya sajak “Rumah Ilmu” menandaskan itu. Meski pengetahuan disebutnya memberikan bilik ruang yang nyaman diselimuti buku-buku, tidak terlibat terhadap “untaian kesengsaraan”, menurut dia, menjadi wujud kejahatan. Sosok intelektual yang rendah hati juga begitu kuat dalam sajak “Takut”. Saras Dewi merasa pikiran merintangi kebebasannya dan “pengetahuan tidak menyelamatkanku” (hlm.31)
Menolak Reklamasi
Kita tahu selama bertahun-tahun terakhir ini Saras Dewi menceburkan dirinya sebagai seorang aktivis lingkungan hidup. Dia aktif dalam gerakan Bali Tolak Reklamasi. Dapat dikatakan sajak-sajaknya dalam “Kekasih Teluk” ini tidak lain adalah sebentuk ekspresi puitiknya atas laku aktivismenya tersebut. Sajak Dewi bersajak untuk melawan. Sajak-sajaknya menjadi artikulasi penolakannya atas reklamasi Teluk Benoa bahwa ia, “Tidak mau manusia menang dalam perkelahian tidak setimbang dengan alam.”
Saras Dewi dalam sajak berjudul “Ibu” tersebut melanjutkan, Sebab bila mereka menang, berarti mereka telah kalah/Karena mereka sejatinya membunuh/Ibunya sendiri. Alam adalah ibu bagi manusia. Manusia lahir dan dibesarkan bersama alam. Dalam sajak tersebut, keserakahan dan arogansi manusia pada alam bak seorang anak yang mendurhakai, bahkan membunuh ibunya. Tidak hanya “ibuisme” dalam melukiskan hubungan mesra antara manusia dan alam. Saras Dewi banyak melakukan personifikasi alam : nyanyian lumba-lumba, pancaran mata anjing, laut, gunung, padang lamun, pohon, angin, senja, dan gemericik sungai. Agama manusia, bagi Saras Dewi tertera di dalam guratan batang-batang pepohonan raksasa (hlm 21). Tak pelak, aku-penyair dalam sajak-sajaknya seakan telah memilih beragama pada alam.
Tidak hanya itu, “kekasih”, sebagai ungkapan metaforisnya pada Teluk Benoa ataupun Sanur, bergelimang dalam setiap sajak-sajaknya. Misalnya dalam baris terakhir sajak “Cinta yang Paling Mulia”, Saras Dewi menulis, Cinta adalah teluk/Dan teluk adalah aku. Joko Pinurbo dalam pengantar buku menyebut larik terakhir dalam sajak itu begitu intim, tak lain adalah penghayatan mengenai hubungan cinta kasih manusia dengan alam. Pada alam, manusia menemukan gambaran dirinya, dan dalam dirinya, manusia merasakan arus dan denyut alam (hlm 16).
Manusia dan alam
Buku puisinya ini juga melengkapi buku Saras Dewi sebelumnya, Ekofenomenologi (2015). Buku tersebut adalah studi filsafat Saras Dewi yang mengurai secara mendalam tentang kesetimbangan antara relasi manusia dan alam. Saras Dewi meminjam pemikiran fenomenologi Martin Heidegger atas kritik terhadap manusia yang merasa dirinya adalah subyek dan memperlakukan alam semata sebagai obyek. Eksploitasi yang dilakukan manusia mengesampingkan keberadaan alam. Alam hanya dijadikan sebagai alat pemuas kepentingan manusia belaka. Kita dapat menemukan keselarasan pandangan Saras Dewi memandang alam dalam kedua bukunya itu. Dalam Ekofenomenologi, Teluk Benoa bukan sekedar teluk melainkan kupu-kupu, ikan-ikan, terumbu karang, penyu hijau, juga bangau di sana.
Seturut itu, buku puisi Saras Dewi ini menjadi penting untuk mengingatkan kita kembali makna fenomenologis hubungan welas asih antara manusia dan alam. Sajak-sajaknya tak hanya romantis, tetapi juga mengisyaratkan kekhawatirannya pada pembangunan di Bali, khususnya reklamasi yang memacak kerusakan alam di Teluk Benoa. Sajak “Kelahiran Anarki” menjadi pengejawantahan atas pendiriannya menolak reklamasi. Saras Dewi bersajak, Anarki lahir dari seorang bocah,/yang menggandeng tangan ayahnya,/berderap tanpa alas kaki, meneriakkan “Bali tolak reklamasi”.
Buku sajaknya ini mengesahkan Saras Dewi sebagai intelektual sekaligus penghayat alam. Kecintaan Saras Dewi pada ilmu pengetahuan sama besanya dengan etos dan eros melawan pelbagai bentuk keangkuhan manusia pada alam. Selain itu, sajak-sajak yang terhimpun dalam buku puisinya ini juga menjelma ingatan saras Dewi pada Bali di masa lalu. Sajak menjadi pertaruhan perlawanan sekaligus kenangan pada keluarga, rumah, pura, teluk, pantai, dan pohon-pohon. Saras Dewi berkenang seperti dalam sajak berjudul “Delima” :/agar segalanya ada dalam diriku/ terjaga di dalam diriku.
Demikian pembahasan lengkap seputar teks ulasan lengkap dengan contohnya. Semoga materi ini bermanfaat dan selamat belajar.
0 komentar
Maaf, tidak diperkenankan berkomentar menggunakan atau mengandung tautan aktif